Rabu ini kayaknya bakalan jadi hari yang
membosankan buat gue. pengennya ke Bogor, tapi besok harus ikut persiapan tugas
akhir di kampus, maklum mahasiswa tingkat akhir hohoho... pengennya sih
ngelanjutin tidur, tapi semalem udah banyak banget korupsi tidurnya. putusin
aja langsung buat jalan-jalan. Gak Cuma jalan-jalan ngabisin duit muter-muter
Jakarta doank, tapi kali ini jalan buat cari referensi ke BNN.
Abis nyampe di halte BNN, langsung masuk
deh ke kantornya. Eh, gak deng, nanya dulu ke bapak satpamnya. “pak,
perpustakaan dimana?”, “bapak muter dari luar, mentok ketemu deh “ , “makasih
pak” sambil gue senyum sinis. Yaiyalah gue sinis, gue masih muda gini dibilang
bapak, dasar satpam, kalo gue ketua BNN, gue naikin jabatan loe, biar tahu rasa
loe :D oh ya, ini pertama kalinya gue masuk ke kantor Badan Narkotika Nasional
yang sering kedengeran gaungnya kalau ada kasus narkoba gitu. Ternyata
tempatnya tidak jauh berbeda dengan kantor-kantor lainnya. Ada kantor utama,
ada bagian tempat penahanan tersangka, ada lapangan seperti lapangan basket
yang kalau hari senin dan setiap tanggal 17 digunakan untuk upacara. Tak lupa
juga ada kantin, masjid sampai dengan perpustakaannya. yang membuat berbeda
mungkin letak perpustakaannya yang berada di belakang, jadi mesti muter balik
dari depan ke belakang. Letaknya di pojok belakang banget. Dekat dengan
parkiran-prakiran mobil biru bertuliskan “BADAN NARKOTIKA NASIONAL”.
Sebelum nyampe di perpustakaannya yang
ada di dekat masjidnya, gue langsung di kagetin sama tulisan gede dengan banner
berdiri setembok “KONFERENSI PERS”. Konferensi pers? Konferensi pers apaan ya?
Gue bingung, biasanya kalo konferensi pers banyak wartawan ya, ini udah
kursinya sedikit, wartawannya juga belum pada datang. Di depan gue udah duduk 2
orang, sepertinya dari arab sana. Wajahnya khas timur tengah dengan perawakan
tinggi besar, lebih kea rah gendut, dengan borgol di tangannya dan kostum biru
bertuliskan “TAHANAN”. Di samping kanan gue duduk bapak-bapak berkostum merah sepertinya
sedang kesal menunggu wartawan yang belum saja datang padahal sudah jam 10 loh.
“bapak dari wartawan mana?” tiba-tiba
ada bapak-bapak hamper botak menyapa. Astaga, gue mau bilang apa? Gue kan ke
sini bukan buat konferensi pers, tapi buat baca-baca di perpustakaannya.
“blogger pak” tiba-tiba keluar kata-kata ampuh dan aneh itu dari mulut gue.
Spontan banget. “blogger itu apa ya?”. Parah banget ya, zaman gini pegawai BNN
gak tahu blogger apaan? Ckckckck…mesti dibilangin ke pak thamrin nih *dalam
hati gue ngomong gitu. “itu loh pak, yang nulis di internet buat di baca sama
orang lain tulisannya”, “oh yang itu…” membalas jawaban gue dengan wajah puas.
Ya sudahlah, bukan salah bunda mengandung.
Gue pun duduk paling depan. Walaupun gue
bukan wartawan seperti yang diharapkan pegawai BNN itu, tapi setidaknya gue
juga memberitahukan kejadian. Blogger lebih bebas dari wartawan. Setidaknya
itulah yang gue percaya. Wartawan memberitahukan sesuatu harus sesuai dengan
kaidah 5W + 1H, kaku dan kode etiknya sangat banyak. Sedangkan blogger? Bebas
tapi tetap bertanggung jawab. Lebih enak lagi memberitakannya bebas dari sudut
pandang mana, self experience, begitulah istilahnya.
Tak lama kemudian, sedikit demi sedikit
datanglah wartawan yang sudah diharap-harapkan. “kok telat?” sapa bapak BNN
sembari salaman. “sebagian di rumah duka pak, kasus polda metro”, “oh ya, kalau
gitu kita mulai saja. Kita tunggu 7 tersangka lainnya dulu ya” mungkin bapak
dari BNN ini mengerti ada kasus yang juga menyita perhatian masyarakat, yaitu
penembakan seorang polisi oleh bawahannya di polda metro jaya. Wajar aja kalau
tidak sedikit wartawan yang gak mau ketinggalan infonya.
Lalu, berdatangan 7 orang lainnya yang
berseragam “TAHANAN” lainnya. Namun yang membedakannya dengan orang arab tadi,
ketujuhnya memakai topeng khas tersangka. Wajah ketujuhnya tidak keliatan.
Hanya matanya. Yah, walaupun gue gak pernah berhadapan langsung sama pemakai
dan pengedar narkoba, mata ketujuhnya benar-benar berbeda dengan mata orang
normal. Seperti ingin keluar, dengan warna yang agak memerah. Ada juga yang
putih, tapi seperti mengeluarkan air mata. Emang pengguna itu kayak gini ya?
Baru tau gue -_-
Sumpah deh, ini pertama kalinya gue
berhadapan langsung dengan yang namanya pengguna narkoba. Eh, malah pertama
kalinya ngeliat langsung yang namanya “TAHANAN”. Gue yang duduk paling depan
kayaknya paling menarik perhatian mereka, soalnya gue banyak foto-foto mereka.
Di depan telah tersaji kardus, amplop
coklat dan sebuah koper yang belakangan gue tahu sebagai barang bukti. Wahhh…berasa
kayak wartawan kriminal gue. Berhubung yang tahu gue Cuma blogger adalah 1
orang bapak yang duduk agak jauh dari gue, yaudah gue bertingkah kayak seorang
wartawan profesional aja. Beruntung gue bawa notebook ama polpen, jadi selain
gadget di tangan kiri, notebook dipangkuan dengan pulpen di tangan kanan.
Jiahahaha…kalau ada pemeriksaan tamu undangan, gue bakalan disuruh keluar
kayaknya. Udah duduk paling depan, paling lincah motret, paling aktif nulis,
tapi gak diundang :D
Ternyata, konferensi pers di sini adalah
pemusnahan barang bukti berupa shabu-shabu sebanyak 50 kg, ama pil ekstasi
sebanyak 98 butir. Widihhh…ngeri gue -_- udah pertama kalinya ngeliat tersangka
-_- pertama kali ngeliat yang narkoba lagi. Jelas-jelas gue di depan mata
ngeliat tuh shabu-shabu 40 kg di dalam koper. Gileee…pantes aja nama lainnya
“ice” bentuknya kayak bongkahan es kecil-kecil, kayak garam gede gitu yang
dibungkus plastik. Nah, ternyata ini tuh hasil dari penangkapan pengedar
narkoba yang ditangkap di pelabuhan ratu, 27 februari kemarin. Dan salah satu
penangkapan terbaik yang dilakukan BNN. Tersangkanya, yang gue kira orang arab
tadi, ternyata orang Iran. 2 orang ini, namanya mas seiyed hasyim sama mustova.
Di berita-berita sih dikasitahu ada yang bilang 60 kg, ada yang bilang 70 kg,
padahal beratnya Cuma 40 kg. apa yang buat beda ya? Entahlah, anggap saja itu
sebagai pewarna berita :v
BNN mastiin kalo mereka berdua ini
adalah jaringan internasional narkotika. BNN pas nangkep mereka melakukan
penyelidikan pendahuluan selama seminggu yang katanya bekerja sama dengan DEA
(drugs enforcement Agency) dari amerika. Modusnya sih dikubur dulu baru di
ambil untuk didistribusiin ke kota-kota besar di Indonesia.
Selain shabu-shabu, barang haram lain
yang bakalan di musnahin itu adalah ekstasi. Ada ratusan pil ekstasi yang
berwarna pink. Bentuknya kayak paracetamol gitu, gedenya juga gitu, Cuma
warnanya pink dan agak gelap. Narkoba ternyata kayak gitu ya…
Selain warga Iran, ada juga orang china
atau orang hongkong gitu, lupa deh. Namanya chan. Pengedar narkoba yang
menyuplai salah satu tempat di Jakarta. Ada juga 2 ibu-ibu yang jadi tersangka
pengedar narkoba yang tertangkap basah ketika melakukan transaksi.
Abis bapaknya speak-speak gitu jelasin
mekanisme pemusnahan narkobanya, lalu narkobanya pun dimusnahkan dengan
dimasukkan ke alat pemusnah, untuk dibakar habis. Tampak raut kekecewaan dari
wajah kedua orang Iran tadi. Katanya tuh 40 kg shabu-shabu nilainya sampe
miliyaran rupiah loh. Kayak ngebakar uang “100an millyar” di depan mata. Gimana
rasanya ya? Kalo gue kayaknya udah pingsang deh -_- tapi ini uang haram sih,
jadi wajar aja kalau sampe dibakar hohoho… nyari uang jauh-jauh dari Iran ke
Indonesia itu yang halal toh mas, biar berkah. Sekali-sekali jadi pembantu di
Indonesia kan gak apa-apa mas, masa orang Indonesia doank yang cari nafkah ke
negerinya *ngomong ama diri sendiri. Kayaknya sih kasian ya mereka berdua,
tampangnya kayak innocent gitu, tapi mereka kan gak kasian sama korban-korban
penyalahgunaan narkoba yang ada di Indonesia. Jadi, demi Indonesia yang bebas
narkoba tahun 2015 nanti, BNN harus setegas ini, bahkan harus lebih tegas lagi.
Selamatkan masa depan Indonesia dari ancaman Narkoba. Indonesia, salut!
3 comments:
Seruu banget, itu mah rezeki ya pas ada prescon :D
Mana photonya Riz, ko ga di tampilin sekalian dalambentuk reportasenya ? :D
Salam
teh ani : iya nih :)
mas indra : udah tuh , baru di upload tadi lagi trouble koneksi soalnya
Post a Comment