Wednesday, 15 May 2013

Mengapa saya harus bangga jika yang terpilih adalah pak Ali ATAU pak Sukiman

“Pasangan Independen menang tanpa bantuan parpol…. Hidup ALkhaerrr Lanjuttkn pembangunan yg tertunda… :D”
“LANJUTKAN PENMBANGUNAN MENUJU LOMBOK TIMUR YANG ADIL DAN SEJAHTERA, SEJAHTERA DALAM KEADILAN SUFI NO 3
“Siapa yG menang ini. SUFI atau alKHAER siii…?Adow *** pow ,lelah te banda angen sik ne.!
“SIAPAPUN PEMENANGNYA DI PILBUP LOTIM SEMUA WARGA LOTIM HARUS TERIMA KARENA ITU SUDAH TAKDIR DARI ALLAH…TUNGGU HASIL DARI KPUD LOTIM 20 MEI 2013…SALAM DAMAI BUAT WARGA LOMBOK TIMUR.
Setidaknya itulah kutipan langsung dari beranda, grup dan komentar di facebook belakangan ini. Saling tuduh pendukung pasangan lawan yang berbuat kerusakan. Saling klaim bahwa pasangan yang didukunglah yang terpilih. Pesta demokrasi, setujukah anda dengan itu?
Anggap saja saya adalah orang awam yang akan memberikan opini mengenai permasalahan di daerah tercinta itu. “itu” saya gunakan karena saya tidak sedang berada di Lombok Timur, sehingga sama sekali tidak ikut mencoblos dan memiliki kepentingan untuk itu. Saya hanyalah mahasiswa biasa yang merasakan pemerintahan di dua era calon bupati yang pendukungnya sedang bersitegang.
Bapak Ali bin Dahlan adalah bupati Lombok Timur yang merupakan alumni pertama di sekolah saya dulu, SMA 1 Selong. Beliau adalah bupati hebat yang pernah dimiliki oleh Lombok Timur. Saya pertama kali bertemu dengan beliau secara langsung ketika perayaan hari ulang tahun SMA 1 Selong yang ke-42. Suatu kebanggan bisa memiliki alumni luar biasa seperti beliau. Selain itu, saya hanya bertemu dengan beliau ketika meresmikan musholla dan beberapa pengajian di masjid. Karena pada saat pemerintahannya dahulu, saya masih anak-anak, antara SD kelas 6 sampai SMA kelas 1, saya tidak terlalu mengetahui apa saja yang telah diperbuat oleh beliau. Yang saya tahu, beliau bukan berasal dari pegawai negeri, tetapi seorang wirausaha yang berhasil.
Bapak Sukiman Lutfi adalah bupati Lombok Timur yang tegas dan berwibawa. Walaupun berasal dari kesatuan TNI, tetapi beliau bisa berinteraksi seperti biasa dengan rakyatnya. Pada saat pemerintahannya, saya juga beberapa kali bertemu dengan bupati, mungkin karena saya telah lebih dewasa daripada saat pemerintahan sebelumnya. Seperti biasa, saya lebih sering ketemu dengan beliau ketika pengajian di masjid, atau ketika ba’da solat idul fitri dan idul adha. Saya pernah pertama kali diundang secara khusus pendopo bersama 9 teman lainnya yang lolos olimpiade sains nasional. Pada saat itu adalah pertama kalinya Lombok Timur menjadi dominasi juara yang mewakili NTB di ajang bergengsi tingkat nasional tersebut. Suatu kebanggaan pula bisa menjadi tamu bupati, serasa orang-orang pintar diperhatikan oleh pemerintah di negeri gumi patuh karya ini.
Ketika sebagian masyarakat saling tuduh dan ribut, bahkan kita sendiri yang melihat akan kecewa, seperti di Pancor:
Masyarakat yang lain, tetap menjalankan aktifitasnya seperti biasa, bahkan kita sendiri yang melihat akan merasa damai, di sembalun seperti ini:
Bukankah mereka sama-sama memilih? Tapi kenapa harus keadaan menjadi bertolak belakang? Apakah itu karena kepentingan “PEGAWAI NEGERI”? apakah itu karena “TARUHAN”? apakah itu karena “GENGSI”?. Andalah yang bisa menjawabnya.
Saya bukanlah salah satu pendukung calon yang akan memimpin. Sama sekali bukan. Saya bukanlah orang-orang dekat dari masing-masing pasangan. Bahkan sebenarnya saya tidak tertarik terhadap kehidupan politik. Namun, melihat yang terjadi di gumi patuh karya saya ini, saya merasa ada esensi jiwa suku sasak yang telah hilang. Tidak kah anda menyadari itu? Saya ingin menyadarkan semeton-semeton ku tercinta nun jauh di sana, bahwa beliau-beliau tersebut adalah orang yang pantas menjadi pemimpin kita nantinya. Bukankah mereka pernah memimpin kita sebelumnya? bukankah itu berarti mereka sudah mengetahui seluk beluk Lombok Timur ini? bukankah itu sesuatu yang bagus? Terlepas dari berbagai kepentingan yang dibawa oleh masing-masing komunitas, kita seharusnya bisa mengakui bahwa secara objektif bahwa dengan jumlah “pengagum” yang hampir sama tersebut, bukankah beliau-beliau itu berarti dicintai oleh sebagian besar rakyat yang ada?
Tulisan ini saya tutup dengan sebuah firman Tuhan yang artinya “taatilah Allah, dan Rasul-Nya, serta para pemimpin diantara kamu…”, selama masih dalam jalan kebenaran, kewajiban kita adalah sami’na waata’na. “Allahumma baariklana fii rajaba wa sya’ban, waballigna ramadhan”, ya Allah, berkahilah hamba di bulan rajab dan syakban, dan pertemukanlah hamba dengan bulan ramadhan.

No comments:

Hokben Bontang Akhirnya Buka!

Beberapa bulan yang lalu pas masih tinggal di Bontang pernah bikin survey di sosial media: "Apa yang belum ada di Bontang yang kalian h...