Alay adalah gaya zaman anak
sekarang yang baru berkembang sekitar tahun 2008, yang sebagian besar orang
melihatnya aneh baik dengan gaya bahasa, tulisan dan rangkaian kehidupannya
yang sama sekali tidak bisa dimasukkan dalam 7 keajaiban kehidupan di bumi ini.
Seperti orang yang sedang cosplay, tapi yang di cosplay-kan adalah marbot
musholla dekat rumahnya. Artinya apa? Saya juga tidak tahu...*jitak marbot. Bahkan
sekarang, alay masuk dalam satu tingkatan perkembangan manusia (anggap saja
hanya untuk orang Indonesia ), yaitu bayi, balita, remaja, alay, dewasa dan
tua. Anak alay tidak lain tujuannya adalah ingin dikenal atau setidaknya ingin
diketahui gaya hidup dan kehidupannya sehari-hari. Menjadi terkenal atau paling
tidak dikenal orang banyak merupakan keinginan sebagian besar orang, tidak
hanya anal alay. Namun menjadi terkenal yang tidak alay lah, yang diinginkan
oleh sebagian besar orang cerdas. Di era digital sekarang ini, menjadi terkenal
tidak lah begitu sulit. Ada banyak jalan yang dapat kalian tempuh, mulai dari
aktif di facebook, twitter, youtube, tumbler, flicker, path, instagram dan
tentu saja blog. Pada suatu event, beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan
kesempatan belajar hal tersebut dari seorang penulis, komedian, bintang film
dan “creativepreneure”, Raditya Dika. Siapa yang tidak mengenal raditya dika
adalah orang aneh. Karena untuk seukuran orang seperti beliau *ceritanya mas
radit udah dituakan, telah menjadi ikon dunia tulisan dan perfilm-an Indonesia.
Walaupun saya menjadi bahan candaan mas radit ditengah presentasinya, namun ada
kebanggaan yang muncul dari lubuk hati yang paling dangkal #eeaaaaa karena
menjadi pusat perhatian kedua setelah mas radit oleh audience lainnya.