Tuesday 22 April 2014

Perubahan Paradigma Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba



            Badan narkotika nasional pada tahun 2014 ini mencanangkan sebagai tahun perubahan mindset pencegahan peredaran narkoba. Melalui programnya yang dikenal dengan P4GN, pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, BNN semakin serius untuk menangani permasalahan narkoba di Indonesia. Dengan harapan, 2015 nanti, prevalensi pengguna narkoba bisa menurun.
            Lalu paradigma seperti apa yang berubah dalam mencegah generasi untuk tidak mendekati atau sampai menggunakan narkoba? Dahulu, program pencegahaan penyalahgunaan narkoba ini dibagi dalam tiga tipe yaitu :

·         Pencegahan primer. Bisa dibilang ini untuk orang-orang yang belum sama sekali terkontaminasi dengan narkoba. Jadi sejak dini ditanamkan pemikiran kepada mereka agar tidak mencoba sekali-kali yang namanya narkoba.
·         Pencegahan sekunder, buat yang baru saja memulai. Artinya, korban yang berada pada tipe ini harus secepatnya diidentifikasi agar cepat diselamatkan. Korban di sadarkan agar tidak kecanduan, lalu diarahkan secepatnya ke tempat rehabilitasi. Lebih cepat ditemukan, maka proses rehabilitasi pun akan lebih cepat selesai.
·         Pencegahan terser, yaitu bagi mereka yang terlanjur kecanduan tingkat berat. Ini bisa jadi karena menggunakan secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama sehingga perlu dipulihkan dengan rehabilitasi yang lumayan lama, agar bisa kembali ke masyararakat seperti biasa.

Tahu gak sih kalau dari hasil penelitian UNODC, pencegahan penggunaan narkoba dengan metode sebelumnya yang telah lama diterapkan itu tidak efektif? Itu loh, yang pake-pake poster dan spanduk yang ditempel-ditempel dipinggir jalan. Misalnya seperti kalimat-kalimat persuasive “narkoba no, prestasi yes”, atau “aku sehat karena tidak pake narkoba”, atau ada lagi “ingin masa depan seperti ini (kasi gambar orang lagi bahagia) atau seperti ini (kasi gambar orang mati) – jauhi narkoba”.

Kenapa tidak efektif? Lah kan semua orang juga pasti tahu itu semua kalimat-kalimat tanpa dibilang juga. “narkoba no, prestasi yes”, pastilah semua orang bakalan lebih memilih prestasi daripada narkoba. Dalam hal ini perbandingan yang dipake itu bukan “apple to apple”, karena tidak relevan. Terus kalo yang “aku sehat karena tidak pake narkoba” juga pasti tahulah, orang yang pake narkoba itu gak ada yang sehat. Dan yang “ingin masa depan seperti ini (kasi gambar orang lagi bahagia) atau seperti ini (kasi gambar orang mati) – jauhi narkoba” juga terlalu mainstream. Sebenarnya ini membuat orang pada takut menjalani hidupnya. Kenapa? Kan semua orang bakalan mati juga, mau pake narkoba kek, mau gak pake narkoba kek, Cuma paling matinya antara khusnul khotimah atau su’ul khotimah, ya kan? Jadi metode-metode seperti itu sudah seharusnya dikurangi.

Apalagi metode dengan penggambaran tubuh seorang pengguna narkoba yang busuk, atau rusak, pokoknya ngeri gitu deh. Yang kayak gitu itu sudah lama ditinggalkan sama orang-orang diluar negeri, soalnya memperlihatkan sesuatu yang tidak seharus nya, seperti organ tubuh yang hancur dan menjijikkan. Lah, di tv aja kalo ada korban pembunuhan ato kecelelakaan tubuhnya di sensor, ini malah diperlihatkan secara jelas-jelas banget di jalan raya yang bisa ngeliat semua orang.

Metode yang seharusnya dikurangi juga dengan pengadaan buku-buku atau leaflet tentang bahaya narkoba. Hal itu karena orang dengan membacanya belum tentu tahu makna dari tulisan tersebut. Hal itu gak bisa memberikan perubahan perilaku seseorang. Bukannya takut, malah semakin penasaran untuk memakainya. Biasanya kan anak muda seperti itu. Semakin dilarang, eh semakin senang buat ngelanggar. Dan itu yang paling ditakuti oleh pihak yang berwenang. Buku bacaan motivasi aja banyak yang gak buat perubahan apa-apa sama pembacanya, apalagi buku bacaan tentang narkoba yang isinya udah kayak buku pelajaran.

kemudian, untuk pencegahan yang kurang efektif juga adalah seminar. Loh kok seminar mesti dikurangi juga? Bukan dikurangi sih, namun kurang efektif untuk melakukan pencegahan secara intensif. Lah, gimana mau efektif kalo seminarnya dilaksanakan 6 bulan sekali? dan biasanya seminar itu gak menyentuh semua pesertanya. Kan yang namanya seminar dengan peserta ratusan atau bahkan sampe ribuan, yang di depan ngomong sendiri, yang dibelakang apalagi. Dan biasanya Cuma dirasain sama orang-orang yang nanti diberikan kesempatan buat “berinteraksi” dengan narasumber. Efektifnya seminar ini untuk pengenalan atau sosialisasi, bukan untuk mencegah secara intensif peredaran dan penyalahgunaan penggunaan narkoba.

lalu apa yang seharusnya dilakukan? Berdasarkan penelitian UNODC, yang dilakukan adalah dengan pencegahan berbasis pada ilmu pengetahuan, berdasarkan fakta sebenarnya dengan menitikberatkan pendidikan dan kebiasaan yang baik kepada keluarga, sekolah dan masyarakat.

Anak-anak muda sekarang semakin cerdas, dan semakin tidak suka untuk didikte. Oleh karena itu, orang tua atau anggota keluarga lainnya sebagai orang terdekatnya haruslah tahu lebih banyak mengenai bahaya narkoba ini. Mereka harus tahu “kenapa anaknya harus jauh dari narkoba”. Gak Cuma sekedar bilang “gak boleh pake narkoba”. Dengan begitu, anaknya juga bakalan dapat pencerahan lebih dalam dan lebih real tentang bahaya penyalahgunaan narkoba ini.

Sekolah juga tentunya memiliki peran yang sangat penting dalam upaya pemberantasan narkoba. Sekolah menjadi tempat kedua sebagai interaksi terbesar generasai muda dalam kehidupannya sehari-hari. Namun sayangnya, sekolah sering menganggap bahwa pemberantasan narkoba bukan merupakan tugas dan wewenangnya. Dan itulah yang ingin diubah oleh pemerintah Indonesia mulai 2014 ini. Dengan menanamkan pengetahuan dan pendidikan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba di sekolah, mau tidak mau siswa atau mahasiswa akan mengerti lebih jauh, gak Cuma “pokoknya gak boleh pake narkoba”. Di sekolah, bisa dijelasin secara kimia, biologi, agama dan pendidikan kewarganegaraan mengenai efek yang akan ditimbulkan jika sampai terjerumus ke dunia kegelapan ini. Jika gurunya aja gak tahu apa-apa soal narkoba, bagaimana dengan anak didiknya?
Kemudian yang juga harus digandeng adalah komunitas. Komunitas apapun itu. Karena mereka pada dasarnya memberikan sumbangan kepada kebudayaan yang terlahir dari perkumpulan-perkumpulan yang mereka adakan. Berdayakan komunitas yang ada dengan menyisipkan nilai-nilai perang terhadap narkoba. Komunitas juga menjadi salah satu tempat dengan interaksi yang lumayan besar dari kegiatan generasi muda. jika komunitas yang diikuti sudah menjerumuskannya kepada narkoba, biasanya sangat sulit  untuk dibendung oleh keluarga dan pihak sekolah. Tentu saja, karena mereka merasa bahwa komunitas yang dipilih adalah jalan hidup yang sesuai dengan minat mereka. Namun jika komunitas yang diikuti adalah komunitas yang bersih dari narkoba, besar kemungkinan akan membawa dampak positif terhadap perkembangan generasi muda.

Dan tahu gak sih, Kajian menunjukan bahwa setiap dollar (US$) yang dibelanjakan untuk kegiatan pencegahan penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan cara ini, paling sedikit dapat menyelamatkan kesehatan 10 orang di masa depan, serta mengurangi biaya sosial dan tindak kejahatan akibat penyalahgunaan narkoba. Pada dasarnya ini sangat masuk akal, karena memberdayakan seluruh elemen masyarakat. Ya donk, kalo semakin sedikit yang pake narkoba, misalnya kejahatan pencurian, perampokan, dan kejahatan-kejahatan lainnya yang ditimbulkan dari penggunaan narkoba, juga akan semakin sedikit.

Dengan begitu, akan semakin sedikit biaya yang dikeluarkan untuk pemberantasan penggunaan narkoba, yang bisa jadi biayanya dialihkan untuk hal yang lebih penting seperti pembangunan sarana dan prasarana atau peningkatan kesejahteraan masyarakat kalangan ekonomi bawah. Jadi ada kaitan antara kesejahteraan masyarakat Indonesia dengan tingkat penyalahgunaan narkobanya.

Jadi, mari kita ubah cara pandang dalam pemberantasan peredaran dan penyalahgunaan narkoba mulai sekarang dengan meningkatkan intensitas pendidikan dan kebudayaan anti narkoba kepada keluarga terdekat, murid, dan teman-teman yang memiliki komunitas yang sama, agar masa depan generasi Indonesia bisa terbebas dari jerat negatif narkoba.

No comments:

Hokben Bontang Akhirnya Buka!

Beberapa bulan yang lalu pas masih tinggal di Bontang pernah bikin survey di sosial media: "Apa yang belum ada di Bontang yang kalian h...