Sunday 8 March 2015

resensi film "merariq" lombok


banner film merariq, film merariq, merariq, merariq lombok, "merariq", "film merariq", resensi film merariq, resensi film merariq lombok, sinopsis film merariq, sinopsis merariq, resensi merariq, sinopsi film merariq lombok, film lombok, bioskop lombok, bioskop lombok timur, minimall selong, mall selong, nonton bioskop lombok
banner film "merariq" - lombok
Pulau Lombok memang sebuah daerah yang kaya akan wisata alam dan budaya, betul? #betul! tak heran belakangan ini banyak banget yang namanya situs berita dan acara televisi yang menayangkan tentang lombok. dulu sih, kalo liat lombok di tv orang-orang langsung pada saling manggil "woiiiii ada lombok di tv...ada lombok!". mungkin mereka ngarep setidaknya daerah mereka sempat masuk tv nasional gitu, maklum dulu lombok kalah pamor sama bali. eh tapi sekarang, acara yang menayangkan tentang Lombok ini hampir setiap minggu ada.

Nah, selain wisatanya yang sudah bisa bersanding dengan pulau Bali, ternyata banyak sekali budaya dan kearifan lokal loh yang lumayan unik di pulau 1001 masjid ini. salah satunya adalah "merariq" (menikah). loh? emang apa yang unik dari orang menikah? sangat banyak! mulai dari cara pedekate, di bawa lari (diculik), nyondol, sampai dengan pernikahan. bahkan cara menikah orang lombok ini sampai di film kan ke layar lebar, dengan judul yang sama, "merariq".

film "merariq" yang secara sederhana dalam bahasa Indonesia berarti menikah ( walaupun sebenarnya merariq ini adalah rangkaian proses sampai pernikahan ) adalah satu dari beberapa film berlatar budaya suku sasak (film lainnya juga berjudul "perempuan sasak terakhir", "leher angsa" dan "jangan ke lombok, nanti gak mau pulang") yang mengambil syuting di beberapa tempat wisata dan budaya khas Lombok. adapun resensi film "merariq" ini menceritakan tentang Lombok Sanjaya (Ben prihartono) yang merantau ke pulau Lombok sebagai seorang guru untuk mengabdi, yang kemudian jatuh cinta kepada widare (ardina rasti) seorang wanita pedalaman desa di lombok, yang juga guru honorer. perjalanan cinta mereka terhalang dengan tidak direstuinya hubungan mereka oleh orang tua dari widare, dikarenakan orang tuanya lebih memilih salah satu pemuda lombok, yang juga teman dari kecil widare, yaitu jagat wire (b'jah) *padahal jagat wire ini lebih jelek :v

Lombok Sanjaya yang berjuang mendapatkan restu orang tua Widare harus berhadapan dengan Jagat Wire, yang terkenal dengan keegoisannya untuk mendapatkan Widare. mulai dari konflik adu mulut sampai dengan adu fisik dilakukan untuk memperebutkan Widare. karena pertentangan adat dan cinta yang dimiliki, cinta mereka pun diuji *puitis gueh. namun, akhirnya cinta sejati dengan kesabaran akan berbuah manis juga *semakin puitis.
banner film merariq, film merariq, merariq, merariq lombok, "merariq", "film merariq", resensi film merariq, resensi film merariq lombok, sinopsis film merariq, sinopsis merariq, resensi merariq, sinopsi film merariq lombok, film lombok, bioskop lombok, bioskop lombok timur, minimall selong, mall selong, nonton bioskop lombok
salah satu adegan dalam film "merariq"

banner film merariq, film merariq, merariq, merariq lombok, "merariq", "film merariq", resensi film merariq, resensi film merariq lombok, sinopsis film merariq, sinopsis merariq, resensi merariq, sinopsi film merariq lombok, film lombok, bioskop lombok, bioskop lombok timur, minimall selong, mall selong, nonton bioskop lombok
salah dua adegan dalam film "merariq"
film berdurasi sekitar 1 jam 49 menit, dan ditayangkan dari 4-31 maret 2015 ini sangat kental dengan nuansa alam dan budaya desa sembalun, yang merupakan desa wisata yang diapit oleh barisan pegunungan di kabupaten Lombok Timur. adat suku sasak dalam hal meminang wanita pun secara tersirat tergambar dalam film ini. mulai dari midang (pedekate), perariq (menculik calon mempelai wanita), sampai dengan"nyongkolan/nyondol" (di arak keliling setelah menikah) yang merupakan bagian dari adat pernikahan di suku sasak, walaupun gue yakin gue gak bakalan pake acara nyulik cewek dan di arak keliling desa kayak gitu :v

secara garis besar, film ini cocok untuk di tonton bagi masyarakat yang ingin melihat budaya, tempat wisata dan kearifan lokal dari masyarakat suku sasak yang merupakan suku asli pulau lombok ini. tapi ada beberapa catatan penting dalam film ini yang menurut gue menjadi kekurangannya. jujur aja, ekspektasi gue mungkin terlalu tinggi untuk film ini. adegan yang dramatisasi terlalu lebay, sepertinya tidak menggambarkan keseharian suku sasak itu sendiri. kemudian penggambaran karakter wanita lombok di sini seakan-akan wanita lombok itu yang egois "ingin" dinikahi oleh lelaki. kemudian dari segi setting cerita yang relatif slow dengan banyak adegan yang semestinya tidak diulang-ulang, membuat cerita ini terlalu lama untuk mencapai klimaksnya. *sok ngritik gueh

belum lagi bioskopnya -_- 
okeh, ini anggap saja sebagai introspeksi diri dan daerah untuk bisa memajukan industri perfilm-an dan kreatifitas pemuda lombok.
bioskop mall selong
berhubung masih semi permanen dan diletakkan di lantai 2 "minimall selong" (ex pasar selong) , fasilitasnya begitu sederhana. bioskopnya ini kalo bisa dikatakan "layar tancep indoor pake kursi plastik". sebenernya ini gak apa-apa sih, mengingat belum ada 21 atau XXI di pulau Lombok, tapi menjadi masalah karena harga tiketnya seharga 21 atau XXI tapi fasilitasnya seperti layar tancep, itu dia...dimana keadilan terhadap dompet dan isinya? *loh. okeh, ini anggap saja sebagai introspeksi diri dan motivasi bagi daerah untuk bisa lebih serius memajukan industri perfilm-an dan kreatifitas pemuda lombok. jujur aja, gue gak ada niat sama sekali buat ngejatuhin pihak manapun, cuma gue berusaha untuk bisa seobjektif mungkin mengomentari semuanya. jadi kalo ada yang tidak terima dengan pendapat gue, mohon dimaafin yah *salim

overall, karena gue  dapet tiketnya gratis dari kantor, ya gue seneng-seneng aja sih nontonnya, nyahahaha...


3 comments:

menslick said...

Kalo dari pemeran perempuannya, ane kurang nepsong ya tuk merariq.. coba raisa yg maen, ane juga jd pengen maen nih..

pedrogondem said...

jaiahahahaha agan menslick bisa aja nih

Okti Li said...

Jadi ngebayangin kamu mau menikah kelak nyuli calon istru juga gak?
Hehehe...

Oya, aku pernah nginep di sekitar Sembalun, waktu mau naik ke Rinjani... itu pas hamil enam bulan Fahmi.

Tempat kamu dari Sembalun situ berapa jauh lagi?

Hokben Bontang Akhirnya Buka!

Beberapa bulan yang lalu pas masih tinggal di Bontang pernah bikin survey di sosial media: "Apa yang belum ada di Bontang yang kalian h...