Tuesday 15 April 2014

mengenal personal branding lebih dekat

beberapa bulan terakhir ini kita sedang disibukkan dengan caleg dan capres yang sedang mengincar jabatan idaman (entah itu untuk kepentingan orang banyak atau sekedar mewujudkan prestise). kita tentu tidak lupa dengan cara-cara mereka memperkenalkan diri. kita juga tentu tidak lupa adanya istilah "jokowi effect" , "prabowo effect", "rhoma irama effect" dan sebagainya. memang benar tokoh-tokoh tersebut bisa jadi pendulang suara bagi partisipan parpol tertentu. tapi tahukah kalian kalau mereka bisa seperti itu karena bisa membranding diri?


yappp...gak salah lagi, mereka adalah orang-orang yang bisa membranding diri dengan cara yang baik dan benar. 
"jokowi itu gak pernah branding diri mas, emang dari dulunya kayak gitu. lah orangnya emang kayak gitu"
pernah denger kata-kata yang mirip dengan itu? pastinya pernah, orang yang merasa jokowi itu membranding diri atau mungkin di branding oleh tim suksesnya akan dicap sebagai anti-JKW4P, benar begitu?

nah, bisa jadi itu karena ada perbedaan persepsi kita antara personal branding dengan pencitraan. ada perbedaan yang sangat mendasar (tentunya menurut gue) antara personal branding dengan pencitraan. personal branding secara sederhana bisa dikatakan kayak gini :
kita orang baik, kita buktikan dengan tingkah laku dan ucapan sehari-hari, dan orang mengakui kita orang baik, sehingga dari mulut ke mulut, media ke media membicarakan kita sebagai orang baik. secara kasarnya personal branding itu "JUAL DIRI". sederhananya seperti itu. diambil dari pendapat beberapa ahli (Peters, 1997; Hansen, 2007; Montoya, 2005a; McNally & Speak, 2003, Aruda, 2007), personal branding itu :
  • sebuah persepsi atau emosi yang dijaga dalam kondisi baik oleh diri sendiri dan bukan orang lain.
  • Sebuah  refleksi  tentang  siapa  diri  kita  dan  apa  yang  kita  percayai  dan diekspresikan dengan apa yang kita lakukan dan bagaimana kita melakukannya.
  • Mempengaruhi bagaimana orang lain memandang anda.
  • Tentang orang lain memandang nilai yang anda miliki
  • Mencipakan sejumlah harapan dan asosiasi dalam pikiran target audiens
  • Sebuah gambaran tentang diri sendiri yang diinginkan dalam semua kegiatan yang dilakukan
dan akan tampak perbedaannya jika dibandingkan dengan "pencitraan". pencitraan sering dipandang sebagai sesutu yang negatif. setidaknya menurut gue, pencitraan itu ketika kalian orang yang SANGAT tidak baik, tapi ingin menjadi orang yang SANGAT baik. artinya bahwa terlalu jauh perbedaan yang akan kalian ingin capai. memang tidak salah kita menutupi aib supaya orang tidak tahu keburukan yang kita miliki, namun jika kita memang seharusnya tidak boleh untuk berkuasa, tetapi tetap memaksakan kehendak untuk menduduki jabatan, sehingga merugikan diri sendiri (dan orang lain PASTI-nya) itulah yang tidak baik. 

pencitraan dan personal branding memang dilakukan untuk menarik hati orang lain, lebih-lebih masyarakat luas dalam kancah perpolitikan dunia. namun sekali lagi, personal branding masih bisa dikatakan lebih BENAR daripada sebuah pencitraan.

personal branding bisa dibuat-buat, bisa juga terlahir sendiri, mengalir dengan begitu adanya. namun dalam perpolitikan (apalagi di Indonesia) wajib hukumnya kita melakukan branding diri. seperti yang dikatakan oleh prof. Hamdi Muluk, guru besar psikologi UI, pada saat bedah buku "personal branding" karya Dewi Haroen, bahwa :
komunitas blogger smansa, komunitas blogger smansasel, blogger smansasel, blogger lombok timur, blogger lotim, lotim blog, blog lotim, prof. hamdi muluk, hamdi muluk, personal branding, dewi haroen, bedah buku personal branding
wawancara dengan prof. hamdi muluk

"politikus yang memang memiliki kualitas dan kredibilitas yang mumpuni namun tidak bisa membranding diri, jangan sampai kalah oleh politikus yang tidak memiliki kualitas dan kemampuan yang mumpuni tapi pintar dan gencar membranding diri"

bukankah politik ini kan pada dasarnya adalah tujuan mulia? ingin mengurusi kepentingan orang banyak? dan tidak banyak orang yang rela berkorban demi kepentingan orang banyak ini. jika tidak ada politikus, maka masyarakat akan tidak ada yang mengurus. oleh karena itu, pentingnya memilih wakil-wakil rakyat yang memiliki kualitas untuk memperbaiki diri.

buat yang pengen tahu lebih dalam mengenai cara membranding diri di dunia perpolitikan (pesan buat caleg dan capres tahun 2019 nanti) sebagai salah satu referensi aja, ada buku yang judulnya "personal branding" karangan dewi haroen. cocok deh buat kalian yang ingin lebih dikenal di masyarakat secara BAIK dan BENAR.

No comments:

Hokben Bontang Akhirnya Buka!

Beberapa bulan yang lalu pas masih tinggal di Bontang pernah bikin survey di sosial media: "Apa yang belum ada di Bontang yang kalian h...